Usia 10 tahun, siswa masuk fase pubertas. Guru jangan cuek!
Sumber: pixabay
Orang tua pasti bahagia melihat
tumbuh kembang anak-anaknya. Seorang ibu hampir setiap jam dalam sehari mengamati perubahan fisik dan
psikis bagi anak-anak mereka, Ibu adalah orang yang kali pertama mengetahui
bahwa anak perempuannya sudah mengalami tanda-tanda pubertas. Ibu pula yang
akan tersenyum geli melihat anak lelakinya mulai melemparkan senyum manis ke
lawan jenisnya dengan sorotan mata yang malu-malu.
Pepatah WITA mengatakan “ Mending
menjaga 1000 kerbau dibandingkan menjaga seorang anak gadis”. Pepatah ini
menjadi pesan baik bagi para orang tua bahwa ada masa di mana anak-anak harus diberi
pengawasan ekstra tetapi tidak mengekang.
Di masa pubertas inilah hati
setiap ibu rasanya kembang kempis, di satu sisi bahagia karena anak mungilnya
yang lucu dan menggemaskan mulai tumbuh
menjadi remaja yang mandiri dan bertanggung jawab. Di sisi lain, ibu menaruh
kekhawatiran akan perilaku yang menyimpang di saat pubertas akibat pengaruh
lingkungan sekitar.
Di jejang sekolah dasar,
umur 10-12 tahun, siswa yang duduk di kelas lima dan enam SD sudah mengalami
tanda-tanda awal mengalami perubahan fisik dan psikis, istilahnya disebut
pubertas. Guru yang peduli terhadap perubahan tersebut selalu mengamati
perilaku siswa-siswanya yang mengalami perubahan fisik dan kebiasan baru. Ini adalah
sinyal baik bagi guru, apalagi materi tentang pubertas mulai diperkenalkan di
kelas enam SD, tentu dengan konsekuensi kelas akan riuh-gaduh dengan serbuan cekikikan
malu-malu dan tawa lepas dari para siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Di sinilah diharapkan
keterampilan mengajar seorang guru dalam menjelaskan materi, jujur tapi tidak
vulgar. Tujuan materi yang tersampaikan dengan detail adalah bagian penting
tahapan edukasi pendidikan seks (maaf). Siswa akan memilih secara sadar bahwa
apa yang terjadi pada perubahan fisiknya adalah proses alam dan dialami oleh
semua orang baik laki-laki maupun perempuan.
sumber: pixabay
sumber: pixabay
Membesarnya ukuran pinggul,
paha, dan lengan, bertambahnya berat badan, mulai tumbuh rambut halus di
sekitar kemaluan, mulai jerawatan, dada membesar, menstruasi, dan mulai bau badan
adalah tanda hormon progesteron mulai bekerja lebih aktif, bahwa anak perempuan memasuki fase pubertas. Satu lagi, hal yang paling dirahasiakan
oleh mereka adalah ketika mulai mengamati dan menyukai lawan jenis secara diam-diam.
Bagi laki-laki, pubertas
ditandai dengan bertambahnya berat badan dengan cepat, bahu bertambah lebar,
lengan bertambah kekar. Di semester dua saat siswa di kelas enam, beberapa anak
laki-laki sudah menunjukkan perubahan
tersebut, suara mulai nge-bass,
parfum sudah masuk daftar wajib isi tas mereka, dan mulai mengamati lawan jenis
apalagi memberi perhatian khusus.
Guru dan orang tua tentu
mengamati perubahan ini pada anak-anaknya. Susah-susah gampang memberi tahu
anak-anak bahwa kalian sudah remaja. Hal ini dikarenakan remaja biasanya sudah
mampu mengambil keputusan sendiri, lebih memilih mendengar saran dan masukan
teman-temannya ketimbang orang yang
lebih dewasa dan orang tua.
Sumber: pixabay
Sumber: pixabay
Orang tua
wajib membuka diri dan berusaha tegas. Sayangnya, menurut penelitian orang tua
cenderung cuek dan menghindar jika diajak diskusi soal seksualitas oleh
anak-anak mereka, bahkan beberapa orang tua tidak membuka diskusi dan
membiarkan anak-anaknya berkembang dan mempelajari semuanya sendiri.
Lalu sebagai guru dan orang
tua, saran apa yang baik untuk dijalankan? Berikut beberapa saran yang baik, dijadi pengingat di tengah hiruk pikuk kesibukan dunia.
Pertama, Orang tua adalah pendidik.
Anak-anak adalah titipan Tuhan yang Maha Kuasa, anak adalah karunia yang tak ternilai harganya,
sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik, mendekatkan mereka dengan ajaran agama, dan memberi serta menciptakan lingkungan yang positif.
Kedua, orang tua sebagai pendamping.
Sebagai pendamping dan teman,
orang tua wajib menjelaskan secara detail apa akibat jika melanggar aturan
agama, kesusilaan dan aturan lainnya. Anak diharapkan melakukan hal-hal yang baik
bagi dirinya sendiri. Biasakan ajak anak jalan berdua, beritahulah tanpa
menggurui sehingga anak merasa nyaman dan terbuka kepada orang tua.
Ketiga, orang tua sebagai team supervisi
Cara pandang remaja terhadap
pendidikan seks biasanya dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga, sekitar dan bahkan media sosial. Dewasa ini media sosial bahkan mengambil
peran tersebut lebih banyak. Anak-anak cenderung lebih mudah mencari informasi
seputar pendidikan seks lewat internet dibanding bertanya atau diskusi dengan
orang tua mereka. Di sinilah peran orang tua sebagai team supervisi, guna
mengevaluasi sejauh mana pemahaman dan ajaran agama telah terinternalisasi ke
dalam sikap dan prinsip mereka menjalani masa remaja.
Terakhir, saya sebagai guru
dan orang tua, menulis artikel singkat ini sebagai bahan evaluasi bagi diri
saya sendiri, tiap tahun memiliki 30an anak didik dengan segala keluguannya, ditambah
dua anak gadis kecil dengan segala kelucuannya. Semoga kelak mereka para siswaku dan anak-anakku menjadi remaja yang positif dan membanggakan guru dan orang tua. Aamiin.
Semoga artikel singkat ini
bermanfaat.
Komentar
Sblmnya. Memang penting anak usia memasuki pubertas harus diberikan edukasi, spya tidak panik saat mengalaminya