Meningkatkan Kemampuan Literasi Siswa Kelas Tinggi
Kemampuan literasi pada kelas tinggi merupakan tantangan tersendiri bagi guru-guru yang mengajar di kelas empat sampai enam sekolah dasar. Masih adanya siswa dalam setiap tahun ajaran baru di semester pertama yang kurang mampu memahami isi bacaan, akibatnya ketika diberi tugas dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan isi bacaan, siswa bingung dan memberikan jawaban yang sangat berbeda dengan tujuan jawaban soal yang diberikan. Pertanyaan ke kanan, jawabannya kekiri. Dak nyambung! (Sambil geleng-geleng kepala)
Jelas, saya tidak boleh menarik kesimpulan bahwa siswa-siswa saya memang bodoh, atau menarik kesimpulan tidak adil lainnya sebelum saya melakukan observasi dan pengamatan tugas-tugas. Saya perlu melakukan serangkaian pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan literasi mereka. Salah satunya dengan memberi pertanyaan (gampang) yang sekarang diistilahkan sebagai soal LOTS (Low Order Thinking Skill). Mencari jawaban yang tepat berdasarkan isi bacaan yang ditandai dengan kata tanya: Apa pengertian, di mana, apa, kapan, tuliskan contoh, sebutkan contoh, dan semua pertanyaan yang mengarah pada kemampuan ingatan siswa.
Baca juga:
Pembelajaran Level HOTS dan Assesment Dalam Penerapan K13
Cara menanamkan toleransi anak sejak dini ini
Literasi secara garis besar diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami bacaan, erat berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Tetapi dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, kata literasi diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk mengakses berbagai informasi, dapat membedakan informasi yang bermanfaat atau tidak, serta mengarahkan seseorang untuk memahami pesan yang disediakan dalam bernagai bentuk seperti narasi, visual, audio, diagram dan lain-lainnya.
Menurut KBBI, literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis.
Menurut Kemdikbud, kegiatan literasi tidak hanya mencakup membaca dan menulis tetapi ditambah dengan keterampilan mengubah, meringkas, memodifikasi, menceritakan kembali. Ini yang kemudian disajikan dalam kurikulum 2013 (K13) pada buku siswa utamanya di kelas tinggi. Bahkan dengan Kompetensi dasar yang berulang pada tema-tema selanjutnya.
Literasi sekolah dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 21Tahun 2015 Tentang peningkatan dan penumbuhan Budi Pekerti. Salah satunya adalah penerapan membaca "Bukan Pelajaran" di 15 menit pertama sebelum memasuki kegiatan inti. Membaca 'Bukanpelajaran" ini dapat diarakan sebagai apersepsi dalam kegiatan awal pembelajaran.
Apa penyebab kemampuan litersi siswa masih rendah?
Penyebab kemampuan literasi siswa masih rendah, diantaranya:
Jelas, saya tidak boleh menarik kesimpulan bahwa siswa-siswa saya memang bodoh, atau menarik kesimpulan tidak adil lainnya sebelum saya melakukan observasi dan pengamatan tugas-tugas. Saya perlu melakukan serangkaian pretest kepada siswa untuk mengetahui kemampuan literasi mereka. Salah satunya dengan memberi pertanyaan (gampang) yang sekarang diistilahkan sebagai soal LOTS (Low Order Thinking Skill). Mencari jawaban yang tepat berdasarkan isi bacaan yang ditandai dengan kata tanya: Apa pengertian, di mana, apa, kapan, tuliskan contoh, sebutkan contoh, dan semua pertanyaan yang mengarah pada kemampuan ingatan siswa.
Baca juga:
Pembelajaran Level HOTS dan Assesment Dalam Penerapan K13
Cara menanamkan toleransi anak sejak dini ini
Literasi secara garis besar diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami bacaan, erat berkaitan dengan kegiatan membaca dan menulis. Tetapi dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, kata literasi diartikan sebagai kemampuan sesorang untuk mengakses berbagai informasi, dapat membedakan informasi yang bermanfaat atau tidak, serta mengarahkan seseorang untuk memahami pesan yang disediakan dalam bernagai bentuk seperti narasi, visual, audio, diagram dan lain-lainnya.
Menurut KBBI, literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis.
Menurut Kemdikbud, kegiatan literasi tidak hanya mencakup membaca dan menulis tetapi ditambah dengan keterampilan mengubah, meringkas, memodifikasi, menceritakan kembali. Ini yang kemudian disajikan dalam kurikulum 2013 (K13) pada buku siswa utamanya di kelas tinggi. Bahkan dengan Kompetensi dasar yang berulang pada tema-tema selanjutnya.
Literasi sekolah dikembangkan berdasarkan Permendikbud Nomor 21Tahun 2015 Tentang peningkatan dan penumbuhan Budi Pekerti. Salah satunya adalah penerapan membaca "Bukan Pelajaran" di 15 menit pertama sebelum memasuki kegiatan inti. Membaca 'Bukanpelajaran" ini dapat diarakan sebagai apersepsi dalam kegiatan awal pembelajaran.
Apa penyebab kemampuan litersi siswa masih rendah?
Penyebab kemampuan literasi siswa masih rendah, diantaranya:
- Guru memiliki minat baca rendah
- Buku-buku yang tersedia di sekolah adalah buku-buku pelajaran saja,sehingga siswa kurang tertarik membacanya di waktu luang.
- Minimnya buku-buku sastra di perpustakaan
- Sarana dan prasarana perpustkaan yang kurang memadai
- Kemampuan guru dalam menerapkan keterampilan literasi siswa masih rendah.
Dengan kemampuan literasi yang disadari masih rendah, sebaiknya guru mengasah kemampuannya sendiri untuk meningkatkan penggetahuan dan keterampilan tentang literasi. Kadang-kadang membedakan bahan bacaan fiksi dan nonfiksi saja masih abu-abu, apalagi mencoba membuat cerita pendek terlebih menulis artikel ringan. Menulis artikel ini pun sebagai satu upaya menambah keterampilan literasi saya, meskipun hasilnya jauh dari sempurna. Membuat pembaca mengerti apa yang saya tulis itu sebuah kesenangan tersendiri.
"Lalu, adakah program yang dapat kami duplikasi di kelas?" Tanyaku pada sahabat yang mengajar di sekolah swasta terakreditasi A. Saya tahu tenaga pendidiknya pun sangat kompeten
"Membuat sudut baca, bisa! Kemarin kelas saya yang juara tentang penyediaan bahan bacaan di kelas" Jawabnya sambil menyuguhkan teh hangat dan sepiring ubi goreng.
"Selain itu, apalagi yang dapat saya lakukan?" tanyaku kembali, sambil mengutak atik laptopnya. Berharap menemukan file tentang literasi. (senyum)
Perbincangan pagi itu, membuat saya merasa perlu membuat sudut baca dikelas, ya, awal semester adalah rencana saya membuat sudut baca, mengumpulkan buku-buku cerita anak, dongeng anak, dan komik sudah saya lakukan, terkumpul 20-an buku anak di lemari. Lalu kubuatkan jadwal membaca siswa di waktu luangnya. Ternyata rencana itu tidak berjalan mulus. Lalu buku hanya mengendap di lemari. Ternyata untuk membuat sudut baca saja perlu kerjasama semua warga kelas dan orangtua siswa. Pemeliharaan buku yang perlu diperhatikan.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa kelas tinggi:
- Mendorong siswa untuk membeli buku tema anak sebulan sekali.
- Dalam proses pembelajaran di kelas; koran, majalah dan komik dapat digunakan sebagai media pembelajaran utamanya dalam mengidentifikasi ide pokok dan membuat contoh iklan.
- Menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk membaca, dengan instruksi maupun memberi contoh. Guru dapat membaca buku di depan siswa saat jam istirahat beberapa menit.
- Membuat pajangan kelas atau display dua dimensi berisi slogan tentang manfaat membaca.
- Mengundang "guru tamu" untuk berbagi ide menulis di depan siswa, kelas kami pernah kedatangan penulis buku remaja dan wartawan untuk berbagai tips menulis tiga tahun yang lalu.
- Bekerjasama dengan lembaga-lembaga nirlaba atau komunitas menulis untuk memberi penguatan kepada siswa di kelas tinggi. Lemina (Lembaga Ibu dan Anak) adalah komunitas yang selama lima tahun mendampingi literasi siswa kelas 4 di sekolah kami.
Membaca mempunyai seribu manfaat. Mempunyai wawasan yang luas identik dengan profesi guru. Di kelas guru adalah fasilitator, bagaimana bisa guru dapat menfasilitasi siswa belajar sementara guru kurang bahan.
Semoga tulisan ini bermanfaat!
Komentar