Dilema Guru Kelas 5 SD
Desain by canva
Mengajar
selama 11 tahun, baru kali ini saya bermohon pindah mengajar di kelas satu, selain merasa tertantang menghadapi anak usia 6-7 tahun, saya
juga ingin mengasah kemampuan pedagogik di kelas rendah. Tetapi karena beberapa
pertimbangan, ini tahun ke-3 saya di minta tetap mengajar di kelas lima. Kelas lima adalah tingkatan kelas yang sering
dijadikan gerbang utama memasuki kelas enam di Sekolah Dasar karena hampir 80%
materi di kelas lima akan diulang di kelas enam.
Menjadi
guru di kelas lima itu menyenangkan. Siswa yang dihadapi umumnya lebih mandiri
dan bertanggung jawab, apalagi soal membersihkan dan merapikan kelas, guru akan
sangat terbantu. Guru tak perlu repot lagi membersihkan kelas, cukup
mengaktifkan jadwal piket dan controling
setiap hari.
Soal
pembiasaan baik; seperti membersihkan kelas, pembagian kelompok membaca,
mengerjakan tugas secara mandiri dan piket membersihkan halaman sekolah adalah
bagian penting dari penanaman nilai karakter bagi siswa selain kegiatan
jumatbibadah yang diadakan dua minggu sekali. Biasanya jadwal ini akan
menyesuaikan dengan keadaan sekolah masing-masing.
Kemampuan
menganalisis kompetensi dasar dan membuat indikator adalah kemampuan
professional yang perlu dimiliki bagi semua guru utamanya guru kelas tinggi.
Materi yang kompleks, luas dan mendalam akan sulit terinternalisasi ke dalam
transfer knowledge di dalam diri siswa, jika hal ini sulit dipahami. Guru akan
melangkah secara acak dalam proses penerapan konsep jika kompetensi ini kurang
diperhatikan. Jadi memang menjadi guru di kelas tinggi itu tantangan yang
takkan pernah ada habisnya. Mungkin sama halnya jika saya menjadi guru kelas
satu.
Baca juga:
Literasi Sains oleh SGI Sulses di Rumah Denassa
Download Soal Hots Matematika kelas 5
Baca juga:
Literasi Sains oleh SGI Sulses di Rumah Denassa
Download Soal Hots Matematika kelas 5
Dalam
mengarahkan, kelas klasikal maupun kerja kelompok, guru kelas 5 tidak akan
mengalami kesulitan yang berarti, siswa umumnya paham dan tahu bahwa model
belajar berkelompok bertujuan agar siswa mudah bekerja sama dengan orang lain
utamanya teman kelas mereka sendiri. Manajemen kelas di kelas tinggi akan lebih
baik jika siswa diberi kepercayaan penuh dalam mengatur diri dan lingkungan
kelasnya sendiri.
Seorang
pakar pendidikan mengatakan bahwa usia 10-12 tahun adalah masa transisi dari
dari anak – anak ke usia pra remaja. Pada tahapan ini, setiap siswa memiliki
perkembangan masing-masing baik dari segi fisik, dan emosi. Usia ini, adalah
usia yang mengajarkan guru banyak hal tentang cara mendidik yang tepat,
mengajarkan guru tentang beberapa cara pendekatan manusiawi ke mereka tanpa
mengesampingkan keinginan mereka untuk didengarkan dan diperlakukan secara
istimewa.
Menurut
pengalaman penulis, siswa kelas lima umumnya sudah memasuki masa pubertas.
Tidak sedikit siswa curhat bahwa ia telah mengalami tanda-tanda remaja awal
yaitu menstruasi, badan mulai bau dan keringat lebih banyak. Sebagai guru kelas
lima, kepekaan melihat tanda-tanda ini pada siswa dapat dijadikan sarana
komunikasi agar terjalin hubungan emosional yang postif antara guru ada siswa. Guru
yang cuek dan tegas, membuat siswa kurang jaman dan menjaga jarak.
“Jangan
Tuan terlalu percaya pendidikan sekolah. Seorang guru yang baik masih bisa
melahirkan bandit-bandit yang sejahat-jahatnya, yang sama sekali tidak mengenal
prinsip. Apalagi kalau guru itu sudah bandit pula pada dasarnya.” Pramoedya
Ananta Toer.
Pesan
Pramoedya Ananta Toer ini memotivasi bahwa guru betul-betul harus serius dalam
profesinya sehingga melahirkan anak-anak yang berkarakter dan cinta terhadap
bangsa dan Negara. Karena guru baik dan serius masih berpeluang menghasilkan
bandit terlebih jika kita tak serius.
Guru kelas lima sebagai kakak
Guru Kelas lima sebagai sahabat
Guru kelas lima sebagai IBU.
Curhat dan marahnya adalah kebaikan kalian!
Baca Juga:
Yanuardi syukur Pancasila sebagai Inspirasi Manusia Indonesia
Tujuh Cara Membujuk si Kecil ke Dokter Gigi
Komentar